Minggu, 01 April 2012

BBM (Benar Benar Membingungkan)


"Horree...BBM (Bahan Bakar Minyak) gak jadi naik per 1 April!!! horree...horreee!!! :D
Eh tapi belum tentu lho buat bulan-bulan kedepannya..bisa diliat dari hasil keputusan sidang Paripurna yang menambah anak ayat. *yaahhh..bakal tetap naik-naik juga doonggg :("

Topik yang satu ini emang lagi hot-hotnya. Yup, harga minyak dunia emang lagi naik belakangan ini. Seluruh dunia juga merasakan, tak terkecuali Indonesia. Banyak negara yang menaikkan harga BMM. Indonesia juga merencanakan hal yang sama. Pro & kontra pun terjadi. Pro-kontra mengenai kenaikan harga BBM memang secara logika dikatakan wajar. Tapi masing-masing harus punya alasan yang tepat dong dengan pendapatnya. :)

Sebelumnya, dampak apa aja sih yang akan terjadi kalo harga BBM naik?
Menurut pandangan saya sebagai orang awam, BBM merupakan sumber energi yang berupa minyak, dalam konteks ini yang paling populer adalah bensin, jadi kita bahas bensin aja yaa :D
Bensin merupakan sumber energi utama semua kendaraan bermotor. Kalo gak ada bensin kendaraan bermotor kita gak mungkin bisa jalan, kecuali kalo mau dorong! Hhehe. Saat ini sebagian besar alat transportasi yang sering digunakan adalah kendaraan bermotor yang makanan sehari-harinya adalah bensin. Nah, kalau harga bensin itu naik apa yang akan terjadi?
Yang sudah jelas sih  anggaran untuk si bensin jadi meningkat tapi tak diiringi dengan peningkatan pemasukan dan ongkos angkot juga naik. Hhuhuu.

Lalu kaitannya dengan kenaikan harga BBM bersubsidi (premium) gimana?
Bagi yang "pro", beranggapan subsidi premium tidak tepat sasaran, karena dinikmati oleh kelompok atas yang memiliki kendaraan bukan kelompok bawah. Hmm..kalau menurut saya ---lagi-lagi orang awam--- premium itu dinikmati oleh semua kalangan, baik atas, menengah, bawah, yang punya kendaraan ataupun tidak. Penggunaan secara langsung memang dinikmati oleh orang-orang yang memiliki kendaraan, tetapi secara tidak langsung mereka yang tidak punya kendaraan juga ikut menikmati. Orang yang tidak punya kendaraan pasti menggunakan alat transportasi angkutan umum yang menggunakan premium sebagai bahan bakarnya dengan kata lain dia juga menikmati premium. Semua kalangan juga pasti membeli sembako dan sayur-sayuran, dengan kata lain mereka juga menikmati premium, karena dalam distribusinya pasti dibutuhkan alat transportasi yang sudah pasti menggunakan premium karena bersubsidi (lebih murah). Nah jadi premium memang dinikmati semua kalangan, terus salah sasarannya dimana? Hmm..mungkin karena masih banyak kalangan atas yang menggunakan premium untuk kendaraan mewahnya dengan alasan manusiawi (sukanya sama yang murah-murah :D). Hal inilah yang seharusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Kalau ini sebagai salah satu pemicunya, seharusnya pemerintah bertindak tegas dengan membuat peraturan yang melarang kendaraan mewah untuk membeli premium. Pertamina juga harus bertindak tegas karena berhubungan langsung dengan konsumen di lapangan. Jadi, pemerintah yang membuat peraturan, Pertamina yang menjalankan :). Seharusnya mereka kalangan atas juga SADAR DIRI dan MALU menggunakan premium untuk kendaraan-kendaraan mewahnya.( Jaim atau jaga gengsi disini dianjurkan kok, gak usah ragu-ragu! Hehe :D). Kalau ini bisa terlaksana, gak ada lagi dong kata gak tepat sasaran?

Sekarang, dampak kenaikan harga premium untuk kalangan bawah/orang kecil. Seperti telah dibahas sebelumnya, 'orang kecil' yang tidak punya kendaraan sekalipun juga ikut menikmati premium, jika harga premium naik mereka juga sudah pasti terkena dampaknya. Apa aja sih dampaknya? Selain harga transportasi angkutan umum yang naik, sehingga mereka harus mengeluarkan kocek yang lebih dalam, hal yang paling krusial adalah kenaikan harga sembako, sayur-sayuran dan kerabatnya. Bagaimana tidak, semua barang-barang ini diangkut oleh kendaraan yang menggunakan premium, jika harga premium naik maka ongkos/biaya transportasi untuk pendistribusian juga meningkat, akibatnya harga jual akan melonjak tinggi. Barang-barang ini semua merupakan kebutuhan pokok sehari-hari, mau tidak mau mereka harus memenuhinya. Mau beli dengan apa kalau harganya tinggi sedangkan penghasilan mereka sangat minim? :(

Hal ini juga dapat mengakibatkan munculnya tindakan-tindakan kriminal yang sudah pasti meresahkan masyarakat lainnya. Tindakan ini bisa dilatarbelakangi oleh alasan tuntutan ekonomi demi menyambung hidup. Dampak-dampak lainnya pun masih banyak yang dapat terjadi.

Melihat dari persoalan-persoalan ini memang bisa dikatakan Indonesia masih sangat bergantung pada BBM, padahal Indonesia masih memiliki sumber energi lain seperti gas. Memang suatu hal yang baik jika pemerintah mengembangkan sumber energi alternatif gas untuk pengganti minyak yang kondisinya tidak stabil. Tapi dibutuhkan waktu dan proses untuk merealisasikan bahan bakar gas menjadi sumber energi yang dapat digunakan secara umum. Bahan bakar gas saat ini yang saya tau baru digunakan untuk trans Jakarta. Semoga upaya ini dapat cepat direalisasikan dan bukan hanya sekedar wacana.

Selama energi alternatif ini belum siap, apalagi yang bisa diharapkan "orang kecil" selain dari subsidi, sedangkan penghasilan mereka juga sangat minim. Bagi kelompok tertentu kenaikan harga premium yg berimbas pada harga kebutuhan pokok memang tidak terlalu membebani, tapi akan sangat berbeda dengan "orang kecil" seperti yang telah saya paprkan sebelumnya. Untuk itu, empati amat sangat diperlukan di sini.

Jika pemerintah tetap menaikkan harga premium pada bulan-bulan yang akan datang, sebelum alternatif energi siap pakai dan tidak disertai dengan peningkatan kesejahteraan (gaji), maka dampak-dampak buruk benar-benar akan dirasakan oleh kelompok bawah. 

Berdasarkan hitung-hitungan dapat dilihat di http://memobee.com/index.php?do=c.every_body_is_journalist&idej=2184 sebenarnya pemerintah masih bisa untuk tidak menaikkan harga BBM/premium. Salah satu negara di Asia yang tetap ngotot mempertahankan harga BBM adalah Malaysia. Harga jual BBM terendah yang telah disubsidi di sana adalah sekitar Rp 5.500,- dengan kualitas setara dengan pertamax jika di Indonesia, karena Malaysia tidak menjual jenis premium. (Jadi berandai-andai kalau harga pertamax di Indonesia bisa segitu, gimana premiumnya,wow! :D)

Salah satu alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah ingin mengajak masyarakat untuk berhemat energi BBM,hm..apa pemerintah sendiri dan antek-anteknya (kaya Zaman Belanda aja,hihi) juga sudah melakukan penghematan? Menurut saya penghematan BBM baru bisa dilakukan kalau sudah ada alternatif penggantinya, kalau belum ya mau gak mau juga akan dipakai terus, namanya juga kebutuhan.

Dan untuk masalah infrastruktur, sekarang ini mana ada orang yang tidak mau untuk perbaikan infrastruktur. Semua orang juga menginginkan infrastruktur yang baik, sehingga merasa nyaman aman dll. Tapi, apa harus dengan jalan menaikkan harga BBM? Apa tidak ada option lain? Sebegitu kecilnyakah keuangan yang dimiliki negara sampai harus mengorbankan satu untuk yang satu lainnya? Kalau memang benar-benar begitu, korbankan aja biaya yang lain, jangan subsidi BBM, mungkin bisa dilakukan pengurangan kesejahteraan para anggota dewan dan kawan-kawannya..*ada yang setuju? :D




Hmm..intinya kalau menurut saya yang merupakan orang awam (lagi), Pemerintah harus memikirkan secara matang-matang jika benar-benar ingin menaikkan harga BBM/premium. Tunggu sampai benar-benar siap dalam segala hal, seperti tersedianya alternatif energi dan peningkatan kesejahteraan untuk "orang kecil". Kesejahteraan disini tidak cukup dengan bantuan langsung tunai saja, karena menurut saya jumlah masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah di Indonesia tidak cukup dihitung dengan jari tangan atau ditambah jari kaki sekalipun, bantuan ini belum tentu dapat merata dan malah membuat kecumburuan sosial. Bantuan ini juga lebih terkesan memanjakan rakyat  kecil padahal dengan jumlah yang tidak seberapa dan seolah-olah mereka peminta-minta. Jika memang memiliki anggaran untuk bantuan ini, kenapa tidak dialokasikan untuk BBM, sehingga tidak perlu naik, dengan begitu akan lebih merata. Atau dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan menaikkan gaji atau mungkin dengan  sembako murah secara berkala daripada bantuan tunai. Atau mungkin ada alternatif lainnya? Jangan sampai demo-demo anarkis (termasuk aparatnya juga nih :p) lainnya terjadi lagi.